Kecamatan Lilirilau Menampilkan Ritual Mattoana Arajang Di Kirab Budaya Gau Maraja La Latau Soppeng

Foto di ambil dari live streaming pemkab soppeng





Internews.id SOPPENG-Pelepasan Kirab Budaya Gau Maraja La Patau Matanna Tikka yang dilangsungkan di Anjungan I Mangkawani Jalan Pemuda Watansoppeng kota Kalong. Salah satu Peserta Kecematan Lilirilau Berjumlah 200 orang Terdiri dari 4 Kelurahan Dan 8 Desa. Ikut berpartisipasi dengan Menampilkan Ritual Mattoana Arajang. Di Kirab Budaya Gau Maraja La Patau Matanna Tikka. Senin (17/7/2023)

Ritual Mattoana Arajang merupakan salah satu bentuk tradisi masyarakat Bugis Soppeng di Sulawesi Selatan yang masih bertahan hingga saat ini. Mattoana Arajang berarti melakukan atau menyuguhkan berbagai macam sajian kepada roh leluhur yang mendiami benda-benda Arajang.

Adapun Makna Di lakukan Ritual Tersebut Yakni Untuk Mengenang Kembali Nenek Moyang dan Rasa syukur kepada Sang Maha Pencipta. Pelaksanaan Ritual Mattoana Arajang untuk memperkuat tali silaturahmi antara sesama Masyarakat juga meyakini bahwa tujuan diselenggarakanya acara adat tersebut, yakni untuk tola bala. 

Ritual mattoanan Arajang di Kecamatan Lilirilau dilaksanakan di rumah tempat penyimpanan Arajang itu atau yang lasim disebut bola Arajange. Benda-benda Arajang pada umumnya di upacarakan di istana kerajaan, karena keberadaanya dianggap sakral dan tidak serta merta dapat dikeluarkan di bekas istana peninggalan raja terdahulu.

Desa baringeng salah satu desa dari kecamatan lilirilau
Pelaksanaan Ritual Mattoana Arajang Tertentu Tidak Terlepas Dari Simbol Yaitu:

  1. Sokko Patangrufa ( ketan empat warna ) yang terdiri dari warna hitam (bolong), kuning (ridi), merah (cellaq)dan putih (fute). Warna hitam melambangkan tanah, warna kuning melambangkan air, warna merah melambangkan api dan warna putih melambangkan angin. Keempat unsur tersebut dipercaya dapat membawa kekuatan diterimanya doa-doa keselamatan (asalamakeng) dan ketenangan jiwa bagi manusia serta terkhusus kepada penyelenggara upacara dan masyarakat setempat.
  2. Gendang (genrang )merupakan instrument musik utama dalam upacara- upacara ritual di masyarakat Bugis Soppeng. Instrument tersebut yang bagi masyarakat ritual juga menganggapnya sebagai benda keramat. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang dukun (sanro) bahwa “iyyaro genrannge simanurungenngi tau manurunnge.” Artinya bahwa gendang itu bersamaan turunnya dengan to-manurunge (orang yang diyakini turun dari langit). benda tersebut biasanya disimpan bersama dengan benda-benda lainnya yang dianggap keramat pula.
  3. Pisang raja atau bahasa lokalnya dinamakan otti panasa menjadi salah satu perlengkapan yang selalu ada dalam setiap rangkaian ritual berlangsung. Otti panasa dimaknainya sebagai lambang pengharapan agar semua hal-hal yang dilakukan selalu mendatangkan hal-hal yang baik dan bermanfaat. Ungkapan bagi masyarakat setempat disebut mamminasai ri decengge (sebuah harapan kearah yang baik).
  4. Dupa dan Kemenyang Asap yang mengepul di sekeliling tempat ritual dimaknainya sebagai pappalettuatau media penyampai bagi diterimanya doa- doa keselamatan kepada Sang Maha Pencipta. Selama ritual atau sesudah ritual itu berlangsung, asap dupa harus tetap ada, karena bau asap yang mengitari para pemain maupun tempat upacara dapat mempermudah pembauran jiwa dengan roh-roh leluhur.
  5. Pesseq pelleng (Alat Penerang) merupakan salah satu jenis alat penerang yang terbuat dari bahan utama seperti apeq/kawu-kawu (kapas), pelleng (kemiri) serta awo (bambu) yang digunakan sebagai tempat menempelnya campuran kapas dan kemiri tersebut. Pesseq pelleng dimaknai sebagai penerang kehidupan atau biasa disebut sebagai pappakatajanna lino nennia aherata (penerang dunia dan akhirat).
  6. Benno (Beras yang disangrai) terbuat dari bahan dasar padi yang disangrai dengan menggunakan api kecil hingga merekah atau berkembang. Setelah berkembang, benno tampak berwarna putih dengan campuran warna kecoklatan. Benno biasanya ditaburkan pada saat ritual berlangsung
  7. Kaluku (kelapa) dimaknai agar masyarakat mendapatkan hati yang bersih dan penuh dengan keistimewaan selama menjalani aktitas kehidupanya

Turut hadir dalam acara pelepasan Kirab Budaya Gau Maraja Lapatau Matanna Tikka Bupati Soppeng bersama ketua Tim Penggerak PKK, Wakil Bupati Soppeng, Forkopimda dan Majelis Agung Raja Soppeng bersama Raja dan Sultan Se-Sulsellbar, Ketua Perwira LPMT bersama anggota, para narasumber Seminar Internasional.


Laporan : Asdi


0 Komentar